Mengenai Saya

Foto saya
Sekumpulan orang muda berkumpul bersama untuk berdoa dan melayani Tuhan

Minggu, 21 Agustus 2011


Judul Buku     : Suara Hati dan Doa
Penulis            : Dennis J. Billy, CSsR dan James F. Keating
Penerbit          : Kanisius, 2009
Tebal               : 198 hlm.
            Doa adalah seruan hati terdalam kepada Allah, dengannya terjadi kontak personal antara Allah dan manusia, atas dasar wahyu dan iman. Sementara suara hati adalah suatu keinsafan batin yang mempengaruhi hati kita masing-masing serta menyatakan kepada kita suatu keinginan yang muncul dengan baik atau tidak baik bagi manusia sebagai manusia. Suara hati adalah kompas menuju pemanusiaan sejati, memperlihatkan serta mendorong manusia menuju pemanusiaannya yang tulen. Perspektif doa dan suara hati berbeda namun mempunyai relevansi yang sangat kuat, hal inilah yang akan dibahas dalam buku ini.
            Pernyataan tentang doa dan suara hati dalam tradisi Kristen mengungkapkan pola relasi yang kompleks. Sepanjang sejarah kristianitas Timur kemitraan antara doa dan sura hati diungkapkan dalam pandangan Neoplatonis. Ia sangat mendukung pemahaman tentang relasi antara Allah dan manusia, antara iman dan akal budi dan antara spiritualitas dan moralitas. Sebaliknya sejarah kristianitas Barat menekankan relasi antara doa dan suara hati yang sangat dekat, doa mendukung suara hati, doa berada di sekitar suara hati, doa memisahkan diri dari suara hati, doa mengarahkan kembali kepada suara hati, dan akhirnya doa berintegrasi dengan suara hati.
            Menyatukan pemahaman tentang doa dan suara hati tidaklah mudah karena sudut pandang yang berbeda satu sama lain. Doa dan suara hati termuat dalam satu kesatuan dalam diri manusia baik sebagi individu maupun personal. Wujudnyatanya mempersatukan ajaran dan nasihat, perintah dan sabda bahagia itu, membutuhkan penguraian relasi antara rasionalitas dan spiritualitas. Integrasi aspek-aspek ini mempunyai dua aspek teologis: pertama, pentingnya doa dan penegasan spiritual. Kedua aspek ini akan membantu mengatasi dilema-dilema suara hati yang muncul di antara kaum beriman, khususnya bila berhadapan dengan realitas dan sesama. Kedua, pentingnya mengedepankan refleksi teologi moral sebagai pengalaman manusia yang dihubungkan dengan kemanusiaan Yesus Kristus. Hal ini telah dimuali para uskup dan teolog dalam integritas gereja universal.
            Spritulaitas Kristen adalah ilmu yang memfokuskan pribadi Kristus dalam hidupnya yang konkret, hal ini sering juga disebut sebagai Spiritualitas Trinitas yang bersifat dialogis. Allah telah mengkomunikasikan diri kepada manusia lewat Putra-Nya dan manusia dapat menanggapinya melalui keteguhan imannya. Dialog ini terbuka dengan memasukkan Bapa, Putra dan roh Kudus. Yesus adalah perantara antara Bapa dan diri kita sendiri. Kepenuhan itu kemudian disempurnakan dalam Roh Kudus yang turun atas diri para pengikut-Nya. Kekhasan Spiritualitas Kristen adalah makna kehidupan manusia yang selamanya dikaitkan dengan kemanusiaan Yesus Kristus.
            Pada dasarnya roh memenuhi suara hati. Ia bersemayam dalam diri manusia secara aktif ketika manusia mendengarkan kehendak Allah. Roh itu membebaskan manusia sehingga taat, bukan karena keterpaksaan, tetapi karena cinta kasih. Ia membebaskan manusia untuk mendengarkan dengan penuh kekaguman misteri  penyelamatan itu. Paus Yohanes Paulus II menyatakan, suara hati adalah suara Allah. Dalam posisi seperti ini, ada bahaya, orang-orang atau lembaga-lembaga akan mengklaim apa yang mereka pikirkan tidak memenuhi syarat seperti yang dipikirkan Allah. Artinya suara hati tidak memberikan tempat bagi peranan akal budi dalam menemukan dan menciptakan moral yang baik. Oleh karena itu sura hati, baru hidup dalam realitas sebagai pribadi komunal.
            Seseorang hendaknya bertindak dengan suara hatinya yang jujur. Gagasan ini akan menjadi puncak kesombongan jika suara hati tidak lebih dari pada membicarakan dirinya sendiri atau kebebasannya. Jika Allah tidak hadir dalam suara hati, ia akan bertentangan dengan dirinya yang berpuncak pada egoisme. Komunikasi vertikal dengan Allah dibangun lewat doa. Doa ditempatkan sebagai yang esensial dan intrinsik bagi semua keputusan etika yang berasal dari intensitasnya.
            Doa terjadi karena cinta. Cinta Allah membentuk peranan yang signifikan dan tempat bagi kesalehan dan devosi. Inti doa yang mengilhami suara hati adalah pengalaman dasar Spiritualitas Kristiani: manusia disapa oleh Allah dalam Kristus melalui Gereja, dan sapaan ini menemukan dan mengarahkan orang kepada realitas.  Doa merupakan suatu keterbukaan terhadap realitas akal budi dalam memikirkan Allah karena cinta kepada Kristus. Lewat keterbukaan ini tercipta suatu kesatuan yang mendalam antara manusia dan Allahnya. Sehingga penerimaan doa yang mengilhami suara hati menjadi kunci kebenaran dalam pembentukan suara hati itu demi penegasan tingkah laku moral.
            Dalam penilaian aktual suara hati, Orang Kristen percaya akan usahanya untuk menegaskan kebenaran Suara Allah yang telah didengar. Seseorang menjadi bijaksana bukan hanya dengan mendengarkan; dia juga harus menyesuaikan diri. Orang sakit tidak disembuhkan dengan hanya mendengarkan seorang dokter, dia juga harus mengikuti resepnya. Doa tidak dipergunakan untuk memperoleh jawaban-jawaban moral yang baik. Doa menjadi dasar pembentukan moral dan memberikan posisi yang aman. Doa dapat menghilangkan sekularisasi dari arus zaman  dan memberikan dampak religius yang defensif terhadap penyelidikan moral. Hal itu nyata bila manusia sampai pada realitas keputusan atas sura hatinya.

Refleksi Atas Buku
Sangat menarik memahami dan mendalami isi buku ini. Relevansi doa dan suara hati diupayakan dengan baik tanpa menghilangkan identitas masing-masing. Doa menghantar orang pada pemahaman suara hati yang mendalam. Melalui doa suara hati semakin dipertajam, hubungan dengan yang Ilahi semakin dipererat dan perlahan lahan terjadi hubungan yang mesra dengan sesama. Suara hati membantu tiap orang mengambil keputusan yang baik dan benar. Kondisi ini pasti berhubungan langsung antara manusia sebagi pribadi dan person. Buku ini sangat baik dibaca oleh orang-orang yang mengintensifkan diri dalam suasana doa. Hidup doa akan semakin diperkaya dan intensitas dengan sesama semakin matang. Setiap tindakan tidak lagi atas dasar suka atau tidak suka namun lebih pada pengambilan keputusan dengan suara hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar