Mengenai Saya

Foto saya
Sekumpulan orang muda berkumpul bersama untuk berdoa dan melayani Tuhan

Jumat, 01 Juli 2011

BERSIKAPLAH TULUS


Betapa senangnya menemukan sahabat atau rekan atau siapapun yang bersikap tulus. Ketulusan tidak sama dengan sebuah pandangan yang serius, kering dan tanpa senyum terhadap kehidupan. Ketulusan berarti hidup yang bebas dari kepura-puraan dan tipu daya.
            Ketulusan artinya jujur, apa adanya, dan riil dalam setiap sikap. Apa yang kita perlihatkan, itulah yang kita dapat. Tidak ada raut wajah yang berbeda dalam setiap situasi dan kesempatan. Tidak ada gunanya membuat orang terkesan hanya karena status sosial mereka dan ingin dihargai oleh mereka. Tetapi juga tidak bersikap merendahkan orang lain yang tidak sesuai dengan ukuran atau standar penghargaan yang kita pegang dan anut.   
            Banyak orang yang dapat kita teladani sikap ketulusannya, misalnya: St. Fransiskus Assisi yang mau dan ingin mengikuti Tuhan dengan tulus, ia tidak mau kongkalikong dengan Yesus. Bahkan dapat dikatakan ketulusannya sangat radikal. Ada juga Ibu Teresia dari Kalkutta yang mau dan rela melayani orang kecil. Ia membuat mereka menjadi manusia yang seutuhnya, sehingga layak untuk mengakhiri hidupnya sebagai manusia. Dan di sekitar kita, dapat kita lihat Pater Adelbert Ia mampu mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan kurang lebih 40 tahun tanpa mengeluh. Ia mampu melakukannya semuanya itu karena ia mengabdikan hidupnya bagi persaudaraan ini dengan tulus. Dan yang tidak boleh kita lupakan ialah Yesus sendiri yang kita ikuti dan kita puja.
            Bersikap tulus membantu kita merasakan kebahagiaan sebab kita menerima diri kita dan orang lain di sekitar kita apa adanya. Kita tidak perlu berpura-pura menjadi seseorang yang bukan diri kita yang sejati. Kita tidak perlu cemas mengingat bagaimana terakhir kali kita bersikap di hadapan orang lain. Kita selalu tampil dengan kepribadian yang sama. Hal ini dapat sangat menyederhanakan hidup. Pada sore hari ini Yesus mengajarkan kita untuk bersikap tulus satu sama lain seperti halnya seorang anak kecil. Anak kecil itu bertindak begitu polos dan lugu namun penuh perhatian. Pengabdian seorang anak kecil itu patut juga diteladani. Mereka melakukan segala yang diperintahkan oleh yang mereka percayai. Mereka kerjakan dengan tulus sebab mereka yakin itu semua pasti baik adanya.
            Banyak orang terjebak dalam pikiran bahwa mereka harus hidup dengan standar-standar material tertentu. Mereka harus memiliki benda ini benda itu agar hidup mereka lebih berharga di hadapan sesamanya. Memang harus juga kita sadari bahwa orang yang menginginkan segala-galanya belum tentu hidupnya dangkal. Sebab banyak juga orang berada yang sungguh-sungguh beriman. Hanya masalahnya sikap dan keterikatan orang tersebut pada benda-benda material tersebut, bukan kepemilikannya.
            Jika kita terus-menerus ingin memiliki dan tidak pernah puas walau sudah banyak yang kita miliki, marilah kita sejenak mundur untuk memeriksa nilai-nilai hidup yang kita pegang. Apakah kita mau mencari ketulusan di atas hal-hal duniawi? Apakah kita mau mengorbankan kepentingan kita untuk sesama kita, untuk saudara kita dan untuk komunitas kita? Ketulusan merupakan salah satu jalan menuju kebahagiaan. Maka bersiaplah tersenyum dengan tulus. Ulurkan tangan yang tulus untuk menawarkan bantuan. Milikilah hasrat yang sehati, bukan untuk mempermainkan emosi orang lain. Berjabat tanganlah sesekali saja dan temukanlah rasanya berjabat tangan yang tulus itu. Orang tidak akan pernah salah saat bersikap tulus untuk menyapa sesamanya. Dan orang pun akan dapat merasakan ketulusan itu dan mereka pasti akan menghargainya.
Marilah sekali lagi kita mengingat kata-kata Bapa St. Fransiskus: “Marilah kita berbuat sekali lagi sebab sampai saat ini kita belum berbuat apa-apa.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar